LAPORAN
PERJALANAN KEGIATAN LIVE IN
CINANGNENG,
BOGOR BARAT
DISUSUN
OLEH :
IKRIMA
AHDAVIA
Jalan
Perikanan Darat No.59 Cimanggu Tanah Sereal
No.Telp
081218204415/085693948388
DAFTAR ISI
A.
PENDAHULUAN...............................................................................
3
B.
DESKRIPSI
PERJALANAN...................................................................... 5
I.
ARTI
PENTING................................................................................ 5
II.
DESKRIPSI
DESA TAPOS II.............................................................. 5
III.
DESKRIPSI
TEMPAT TINGGAL........................................................ 7
IV.
DESKRIPSI
KEGIATAN..................................................................... 14
C.
PENUTUP............................................................................................. 22
I.
SIMPULAN..................................................................................... 22
II.
SARAN............................................................................................ 23
A.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah satu usaha yang bersifat
sadar tujuan, dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku anak didik.
Pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur
kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan
tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke
arah keluhuran hidup kemanusiaan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah satu usaha yang mengarah pada perubahan tingkah laku anak didik dan
memberikan nilai-nilai luhur yang bersifat pemeliharaan tetapi memajukan dan
memperkembangkan kebudayaan hidup kemanusiaan.
Pendidikan selalu dikaitkan dengan sekolah.
Sekolah adalah tempat pendidikan bagi anak-anak. Tujuan sekolah adalah
mengajarkan anak-anak untuk menjadi anak yang mampu memajukan bangsanya.
Kegiatan belajar-mengajar tidak hanya dilakukan di dalam sekolah atau gedung,
namun dapat juga dilakukan di luar sekolah. Pendidikan yang ditempuh di luar
sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan berinteraksi secara langsung. Kegiatan
interaksi menurut para ahli adalah suatu jenis
tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu
sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan
dari hubungan satu arah pada sebab
akibat.
Sekolah Daar En Nisa mengadakan kegiatan di
luar sekolah yang disebut kegiatan “live in”. Kegiatan ini berlokasi di
Kampung Tapos Babakan Rt 01/Rw 07 Desa Tapos 2 Kecamatan Tenjolaya Kabupaten
Bogor. Sekolah telah bekerja sama dengan Ketua Rt dan penduduk yang akan
dikunjungi oleh siswi. Jika siswi tidak mengikuti kegiatan live in ini maka siswi tersebut tidak akan naik
kelas. Dengan kata lain kegiatan ini merupakan syarat kenaikan kelas.
Live in merupakan suatu kegiatan dalam bentuk tinggal
dan hidup bersama masyarakat yang akan dikunjungi untuk beberapa hari atau jam
agar siswa dapat menjalani dan belajar memahami situasi masyarakat dan
lingkungan sekitar. Dengan kata lain kegiatan live in adalah kegiatan di
mana kami memraktikan teori sosialisasi yang kami dapat secara langsung dengan
warga. Dalam kegiatan ini siswi dituntut untuk dapat beriteraksi secara
langsung dan sopan dengan keluarga yang dikunjunginya. Tidak hanya sekedar
mengunjungi, siswa juga dituntut untuk membantu kegiatan rumah tangga seperti
bersih-bersih, mencuci, dan memasak. Melalui kegiatan tersebut diharapkan mampu
melatih siswi agar menjadi wanita yang kelak mampu menjadi ibu rumah tangga
yang baik.
Tidak ada
kegiatan yang dilaksanakan tanpa adanya tujuan. Tujuan diadakannya live in
adalah pembentukan karakter terhadap siswa
menjadi yang lebih baik dan semakin baik. Selain itu, memberikan sarana
kepada siswa untuk bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah swt,
sarana kepada siswi untuk menjalani hidup bersama masyarakat dan memberikan
kesempatan untuk belajar peduli dengan orang lain dalam aktifitas keseharian
masyarakat tersebut.
Kegiatan
live in ini sangat baik jika sudah diterapkan di SMP. Karena pembentukan
karakter manusia akan lebih sulit jika dilakukan saat siswa sudah beranjak
dewasa. Banyak sekali manfaat-manfaat positif yang didapatkan dalam kegiatan
ini. Manfaat kegiatan live in
ini adalah siswa dapat merasakan
kekeluargaan, belajar mamaknai cara hidup bermasyarakat, keharmonisan
kebersamaan, dan menghargai perjuangan para orang tua yang telah menyediakan
segala fasilitas yang telah diberikan untuk siswa itu sendiri. Yang terutama
adalah mendapatkan suasana baru yang belum pernah dirasakan oleh siswa dan
mendapat pelajaran untuk bisa mandiri dalam kesederhanaan, kejujuran,
kebersamaan masyarakat dapat menginspirasi siswa setelah diadakannya live in
ini.
Dengan
adanya kegiatan live in ini, kami akan berusaha untuk merubah sikap kami
yang negatif menjadi positif yang sesuai dari hasil kegiatan live in. Saya berharap dengan adanya kegiatan live
in ini siswa dapat merasakan hidup kesederhanaan, kejujuran, dan
kebersamaan antara siswa dan masyarakat yang akan dikunjungi. Selain itu, dapat
menghargai dan bersyukur kepada Allah swt dan para orang tua siswa.
B.
DESKRIPSI PERJALANAN
I. ARTI PENTING
Menghargai
perbedaan adalah kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan tema kegiatan live in SMA & SMP Daar En Nisa yang
diadakan pada 13-14 Mei 2015 di Kampung
Tapos Babakan Rt 01/Rw 07 Desa Tapos II, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
Desa Tapos II terletak di Jalan Raya
Cinangneng, Bogor Barat (Gambar 1).
![]() |
Gambar 1 : Kampung Tapos Babakan Rt 01/Rw 07 Desa Tapos II, Kecamatan
Tenjolaya, Kabupaten Bogor
|
Program
ini diikuti oleh siswi SMA dan SMP Daar En Nisa. Berbagai kegiatan yang diikuti
oleh siswa bersama warga setempat selama program berlangsung meliputi kegiatan
sehari-hari seperti memasak, bersih-bersih, dan mewawancarai warga setempat.
II.
DESKRIPSI
DESA TAPOS II
Secara geografis, Desa Tapos 2 adalah merupakan wilayah
pergunungan atau daratan dengan ketinggian 300 meter di bawah permukaan
laut. Desa Tapos II terdiri dari persawahan, penanaman bibit buah-buahan
dan perkebunan oleh 2 mata air yaitu mata air Ciangsana dan mata air
Cibitung. Jumlah penduduk Desa Tapos II sampai dengan akhir tahun 2014 sebesar
9091 jiwa dengan kepadatan rata-rata 361 jiwa/km2 salah satunya Ibu
Juju (Gambar 2).
![]() |
Gambar 2 : Beberapa penduduk Desa
Tapos II
|
Penduduk desa Tapos 2 mayoritas sebagai pemeluk
dan pengamal agama Islam, hal itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari yang
agamis. Kehidupan agamis masyarakat bukan hanya tercermin dari kegiatan ibadah
sholat lima waktu, pelaksanaan puasa dan ibadah zakat saja, akan tetapi
tercermin dari sikap saling tolong menolong di antara warga masyarakat dan
terciptanya kerukunan dalam kehidupan sebagai bentuk kesalehan sosial. Sarana
ibadah, terdapat 4 Masjid, 15 Musolah, tempat mengaji anak-anak dan terdapat 7
kelompok pengajian (Gambar 3).
![]() |
Gambar 3 : Sarana yang berada di Desa Tapos
II Tenjolaya, Bogor.
|
Budaya yang masih terpelihara dengan baik dalam kehidupan
masyarakat di Desa Tapos 2 yaitu diantaranya Hajat Buyut, Hajat Cara, Bubur
Sura, Maulid Nabi, dan budaya gotong royong dalam membangun sarana umum dan
membangun rumah (Gambar 4).
![]() |
Gambar
4 : Budaya Desa Tapos II Tenjolaya, Bogor.
|
III.
DESKRIPSI
TEMPAT TINGGAL
Rumah Ibu Juju
terletak di Kampung Tapos Babakan Rt 01/Rw 07 Desa Tapos II, Kecamatan
Tenjolaya, Kabupaten Bogor (Gambar 5). Beliau menikah dengan seorang suami yang
berusia 60 tahun. Ibu Juju berusia 45 tahun. Mereka memiliki 5 anak namun 3
telah menikah dan memiliki 3 cucu. Untuk anak ke 4 berumur 15 tahun yang
bernama Dedeh Hidayat dan anak yang terakhir bernama Rika yang berusia 4 tahun
(Gambar 6).
![]() |
![]() |
![]() |
Gambar 5 : Keadaan rumah Ibu Juju.
|
![]() |
Gambar
6 : Anak dari Ibu Juju dan sang suami.
|
Selama ini Ibu
Juju dan sang suami tidak sekolah dan Ibu Juju bekerja sebagai penjual sayur
dan sang suami yang buruh petani (Gambar 7). Ibu Juju memilih menjadi penjual
sayur karena modalnya hanya sedikit sedangkan pekerjaan lain membutuhkan modal
yang sangat besar. Ibu Juju biasanya belanja di pasar menggunakan angkutan umum
dan ongkosnya hanya Rp.2.000,00,-. Beliau mendapatkan pendapatan antara Rp.
200.000,00,- sampai Rp. 500.000,00,-. Untuk menyeimbang pendapatan dengan pengeluaran
dengan cara pendekatan penawaran. Maksudnya tingkat keseimbangan pendapatan
nasional dapat dicari melalui pendekatan. Dan solusi untuk menyeimbangkannya
beliau tidak dapat menjawabnya.
![]() |
Gambar
7 : Mata Pencaharian Ibu Juju dan sekeluarga.
|
Hubungan interaksi
Ibu Juju dengan keluarga sangat baik dan komunikasi lancar baik berkomunikasi
dengan keluarga maupun warga (Gambar 8). Untuk komunikasi ada bantuan alat
komunikasi seperti handphone namun yang satu dibawa anaknya dan satunya lagi
rusak. Konflik di keluarga Ibu Juju tidak pernah terjadi dikarenakan sang suami
pendiam di kampung. Dan konflik antara warga tidak pernah terjadi namun ada
calon warga yang ingin tinggal di Desa Tapos II tetapi ia beragama kristen dan
warga Desa Tapos II demo untuk mengusir warga tersebut mungkin karena agama
islam mereka kental, sehingga tidak ada seorang pun yang beragama kristen. Dan
cara untuk menyelesaikan masalah beliau tidak memiliki konflik sehingga tidak
tahu menyelesaikan masalahnya.
![]() |
Gambar
8 : Hubungan interaksi keluarga dan warga dengan Ibu Juju.
|
Untuk menjalankan
kerjasama antara keluarga dalam memerlukan kebutuhan sehari-hari adalah saling
berhemat seperti mati lampu jika tidak digunakan dan jarang sekali menonton
televisi walaupun memilikinya. Dan kerjasama dengan masyarakat untuk membangun
desa yang lebih dengan cara saling membantu seperti kerja bakti dan gotong
royong (Gambar 9).
![]() |
Gambar
9 : Kegiatan gotong royong dengan warga.
|
Ibu Juju selalu mengikuti qasidahan setiap hari Jumat
bersama penduduk lainnya. Saat saya dan Rahma mendengarkan qasidahan Ibu Juju
suaranya sangat merdu sekali dan dalam setiap kegiatan beliau selalu qasidahan.
Dalam aspek agama
Islam dan budi pekerti dapat disimpulkan bahwa Ibu Juju sering melakukan
hal-hal yang positif seperti sholat dhuha, shalat berjamaah karena ada
pelanggan yang ingin belanja ke warungnya (Tabel 1). Ibu Juju selalu menunaikan
sholat fardhu namun untuk sholat ashar dan dzuhur mungkin tidak tepat waktu
karena ada pelanggan yang ingin berbelanja. Beliau selalu berbuat baik dan
bekerja keras dalam setiap aktifitasnya.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tabel
1 : Dalam aspek agama Islam dan budi pekerti.
|
Dalam aspek Sosial
dapat disimpulkan bahwa Ibu Juju sering membantu masyarakat yang membutuhkan
namun jika dalam kekurangan Ibu Juju tidak dapat membantu masyarakat tersebut
seperti kerja bakti dan bakti social (Tabel 2). Ibu Juju dan sekeluarga selalu
melakukan pertemuan baik dengan warga maupun keluarga. Selalu mengingatkan
sholat dan mengikuti pengajian setiap hari Jumat. Beliau sering melakukan
komunikasi langsung dan tidak langsung ke anggota keluarga, kerja bakti,
pertemuan, mengingatkan dalam berbudaya sunda dan sering sekali untuk diskusi
antara warga.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tabel
2 : Dalam aspek sosial.
|
Dalam aspek bahasa
Indonesia dapat disimpulkan bahwa keluarga Ibu Juju menggunakan bahasa Ibu untuk
B1 dan B2 untuk Bahasa Sunda (Tabel 3). Untuk berkomunikasi dengan keluarganya
menggunakan bahasa Sunda. Untuk kata-kata yang bermakna negatif di antaranya
gila dan bego menurut yang saya dengar dan amati (Tabel 4). Kata-kata yang
bermakna negatif dikatakan oleh Rika seorang anak berumur 4 tahun yaitu anak
dari Ibu Juju.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
Tabel
3 : Dalam aspek Bahasa Indonesia.
|
|
|||||||||
Tabel
4 : Kata-kata bermakna negatif yang saya dengar.
|
Pada 18.30 WIB,
saya dan Rahma mengajarkan Indri yaitu cucu dari Ibu Juju yang sudah melewati
Iqra 1 dan 2. Sekarang saya dan Rahma akan mengajarkan mengaji yaitu Iqra 3
halaman 16 sampai 17. Kemampuan membaca tajwid saya beri C karena salahnya
kurang dari 12. Kelancaran D karena masih terbata-bata saat membaca Iqra. Ketelitian
B karena Indri kurang teliti. Makhraj D karena kesalahan lebih dari 10 (Tabel 5).
Kesimpulannya masih kurang dalam kelancarannya dan mahkraj. Ibu Juju dalam
kemampuan membaca Al-quran cukup baik, saya dan Rahma memang tidak mengajarkan
kepada beliau, namun beliau sering melantunkan ayat suci Al-quran.
|
||||||||||||||||
Tabel
5 : Observasi kemampuan membaca Al-Quran.
|
Saat keluarga Ibu
Juju menghadapi kesulitan maka Ibu Juju menghadapi dengan ikhlas dan sabar,
dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam yang saya dapatkan di sekolah adalah
ikhlas dan sabar adalah perilaku baik yang Rasul terapka dalam kehidupannya. Kebiasaan
baik dari Ibu Juju yaitu qasidahan dalam kegiatan, mengaji setiap hari Jumat,
dan selalu sholat hajat setelah sholat isya. Kebiasaan buruk yang menjadi
pelajaran buat saya dan Rahma adalah beliau tidak mencuci atau memilih
bahan-bahan berstandar untuk dijual. Selain itu, merendamkan baju yang cukup
lama mungkin berhari-hari sehingga dihinggapi lalat yang cukup banyak (Gambar
10).
![]() |
Gambar
10 : Kebiasaan buruk yang menjadi pelajaran buat saya.
|
Pendapat saya jika suatu saat nanti saya
tinggal di daerah pendesaan yang jauh dari kota pasti ada keuntungan dan
kerugian. Untuk keuntungan tinggal di daerah pedesaan yang jauh dari kota
adalah suasana desa lebih alami, budaya dan agama lebih kental (Gambar 11).
Untuk kerugian tinggal di pedesaan yang jauh dari perkotaan adalah tingkat kriminal lebih tinggi dan kurang aman dan
terlalu banyak polusi yang tidak baik bagi tubuh (Gambar 12).
![]() |
![]() |
Gambar 11 : Keuntungan tinggal di pedesaan.
|
Gambar 12 : Kerugian tinggal di pedesaan.
|
IV.
DESKRIPSI
KEGIATAN
-
KEGIATAN
HARI PERTAMA
Sesampainya di
Kampung Tapos Babakan Rt 01/Rw 07 Desa Tapos II, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten
Bogor. Kami disambut dengan baik dan ramah oleh Ketua Rt dan warga setempat.
Kemudian kami beristirahat di rumah putri Ketua Rt (Gambar 13). Sambil beberapa
ada yang istirahat. Selanjutnya, kami diberi makan siang dengan menu Nasi Bakar
(Gambar 14). Setelah itu kami sholat dzhuhur berjamaah yang dipimpin oleh Ibu
Ratna dan sehabis itu kami dikumpulkan di halaman rumah Ketua Rt sebagai
pembukaan dan penyerahan murid Daar En Nisa kepada warga. Setelah diberi
pengarahan oleh Ibu Dian, saya dan teman-teman diminta mengikuti Ibu Juju. Ibu
Juju adalah pemilik rumah yang akan saya dan Rahma kunjungi untuk beberapa jam.
![]() |
![]() |
Gambar 13 : Rumah Ketua Rt.
|
Gambar 14 : Menu makan siang.
|
Saya dan Rahma
hanya perlu jalan sekitar 5 menit dari rumah Ketua Rt menuju rumah Ibu Juju. Keadaan
rumah Ibu Juju jauh dari kata sederhana namun rumahnya cukup besar tapi berantakan.
Sesampainya di sana, saya dan Rahma berkenalan dahulu dengan Ibu Juju dan
sekeluarga sekaligus wawancara (Gambar 15).
Setelah itu saya
dan Rahma menyapu dan memotong bahan-bahan untuk membuat bakwan dan yang
terakhir memasak spagetthi untuk makan malam bersama keluarganya (Gambar 16).
Habis itu, saya dan Rahma kembali ke rumah Pak Rt untuk mandi sore sebelumnya saya
dan Rahma sholat berjamaah namun tidak bersama Ibu Juju karena beliau harus
menjaga warungnya. Setelah dirasa cukup, yang pertama mandi adalah saya dan
disusul Rahma. Usai mandi saya dan Rahma kembali lagi ke rumah Ibu Juju.
![]() |
Gambar 15 : Wawancara dengan Ibu
Juju.
|
![]() |
![]() |
Gambar 16 : Kegiatan yang saya lakukan.
|
Saya dan Rahma
beserta Ibu Juju sholat maghrib dan isya berjamaah dengan khusyuk (Gambar 17).
Saya dan Rahma mengajarkan mengaji cucu dari Ibu Juju yang bernama Indri. Indri
cukup mahir dalam membaca Iqra. Walaupun masih Iqra tetapi sudah lumayan.
![]() |
![]() |
Gambar
17 : Sholat isya berjamaah bersama Ibu Juju dengan khusyuk.
|
Selanjutnya saya
dan Rahma membantu Ibu Juju membuat nasi uduk untuk dijual besok dengan menumbuk
bahan-bahan menggunakan ulekan dengan ukuran besar (Gambar 18). Saya dan Rahma
kedatangan tamu yaitu Zahwa dan Ailsa karena Emak Ara ingin tidur terlebih
dahulu (Gambar 19). Hari semakin malam pukul 20.30 WIB saya dan Rahma dijemput
oleh Ibu Firda untuk kembali ke rumah Pak Rt dan tidur bersama.
![]() |
![]() |
Gambar
18 : Menumbuk bahan-bahan menggunakan ulekan.
|
Gambar
19 : Suasana saat saya dan Rahma kedatangan tamu.
|
-
KEGIATAN
HARI KEDUA
Pukul 03.30 kami bangun
untuk melaksanakan sholat Qiyamul Lail dan shubuh berjamaah yang dipimpin oleh
Ibu Hana. Setelah itu ada beberapa pengarahan dari Ibu Hana untuk hari ini
yaitu tanggal 14 Mei 2015 (Gambar 20). Setelah cuci muka dan gosok gigi saya
dan Rahma kembali ke rumah Ibu Juju. Ternyata Ibu Juju sedang mempersiapkan
untuk jualan. Sesampainya di sana saya dan Rahma masak untuk makan pagi yaitu
nasi goreng dan memanaskan air untuk membuat teh manis (Gambar 21).
![]() |
Gambar
20 : Keadaan pengarahan dari Ibu Hana.
|
![]() |
Gambar
21 : Membuat nasi goreng dan teh manis.
|
![]() |
|
![]() |
|
![]() |
Usai sarapan tak
lupa saya dan Rahma mencuci piring dan memotong tempe untuk dijadikan orek
(Gambar 22). Saya dan Rahma diajak oleh teman-teman untuk ke sawah namun kami
sedang memotong tempe, usai memotong tempe baru menyusul teman-teman ke sawah
sebelumnya kami izin dulu ke Ibu Juju (Gambar 23). Tidak terasa sudah 45 menit
berlangsung, saya dan Rahma kembali ke rumah Ibu Juju. Tapi saya dan Rahma
mampir ke rumah Ibu Sitti dan Ibu Dedeh. Selanjutnya saya dan Rahma kembali ke rumah Ibu Juju dan tidak terasa saya dan
Rahma dijemput oleh Ibu Endah untuk kembali ke rumah Pak Rt (Gambar 24).
![]() |
Gambar
22 : Kegiatan pada pagi hari.
|
|
![]() |
Gambar
23 : Perjalanan menuju sawah sambil mengambil beberapa foto.
|
|
![]() |
Gambar
24 : Foto bersama Ibu Juju.
|
|
Dan setelah sampai ke rumah Pak Rt saya
mengantri untuk mandi namun antrian panjang sekali sehingga saya dan
teman-teman meminta izin untuk mandi di rumah Ketua Rt. Usai semuanya mandi
kami membawa tas masing-masing untuk ke jemputan dan menuju sungai di daerah
Cinangneng (Gambar 25). Jalannya cukup berlubang dan sempit sekali (Gambar 26).
Setelah sampai di sungai kami bermain dengan cara mencari secarik kertas yang
berada di batu dan disecarik kertas tersebut ada tulisan nama makanan (Gambar
27) dan dapat ditukar setelah permainan ini berakhir (Gambar 28).
![]() |
![]() |
Gambar
25 : Persiapan menuju Sungai Cinangneng.
|
Gambar
26 : Perjalanan menuju Sungai Cinangneng.
|
![]() |
![]() |
Gambar
27 : Suasana pencarian secarik kertas di sungai.
|
Gambar
28 : Suasana penukaran hadiah.
|
Selanjutnya
kembali ke jemputan dan bergegas menuju Warung Makan Serba Sambal atau yang
lebih dikenal dengan sebutan SS. Namun di tengah perjalanan macet sehingga kami
melewati jalan tikus dan tampak lebih cepat. Adzhan dzuhur sudah berkumandang
sehingga kami beserta guru-guru sholat di masjid yang masih dibangun (Gambar 29).
Usai semuanya sholat dzuhur kami melanjutkan perjalanan menuju Warung Makan Serba
Sambal (Gambar 30). Setelah sampai di Warung Makan Serba Sambal seluruh murid
Daar En Nisa membawa tas, tetapi jemputan belum datang sehingga tas ditaruh
dipinggir jalan.
![]() |
![]() |
Gambar
29 : Sholat dzuhur di masjid yang masih dibangun.
|
![]() |
Gambar
30 : Warung Makan Serba Sambal.
|
Makanan yang
dipesan oleh Ibu Dian untuk siswi cukup lama karena warung tersebut cukup ramai
dan harus melayani pelanggan yang lainnya. Teman-teman termasuk saya cukup
lelah menunggu makan yang tiba di mejanya masing-masing (Gambar 31). Kami
membutuhkan waktu sekitar 15 menit makanan yang dipesan tiba di meja para siswi
dan barulah kami makan bersama-sama. Menu makanannya adalah ayam, cah kangkung
dan sambal terasi segar tak lupa nasi putih beserta minumanya teh dingin.
![]() |
![]() |
Gambar 31 : Suasana makan siang di
Warung Makan Serba Sambal.
|
Setelah semuanya
kenyang kami kembali ke jemputan untuk mengambil tas dan pulang, ada yang
dijemput oleh orang tuanya, naik jemputan atau sama halnya seperti saya yaitu jalan.
Memang cukup dekat jaraknya dari Warung Serba Sambal ke rumah saya.
C.
PENUTUP
I. SIMPULAN
Selama saya
mengikuti kegiatan live in, saya mendapat banyak pelajaran berharga
mengenai arti kehidupan di sebuah desa. Kehidupan di desa sangatlah sederhana
sekali bahkan jauh dari kata sederhana bagi rumah yang saya kunjungi. Penduduk
desanya sangat ramah dan menyambut kami dengan senang hati, dan dalam kegiatan live
in ini juga, saya menjadi tahu bahwa membina keluarga yang baik tidaklah
mudah. Akan tetapi, sangatlah sulit karena terdapat banyak rintangan-rintangan
yang menghadang.
Ternyata, tanpa
saya sadari bahwa pohon-pohon disekitar saya yang saya anggap tidak ada
gunanya, ternyata banyak sekali pohon-pohon langka dan kita perlu menjaganya
dan melestarikannya supaya tidak punah. Dan saya tahu juga bahwa di Negara
Indonesia ini banyak sekali pohon-pohon langka yang patut dilestarikan.
Intinya kita lebih
bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah swt, dan masih ada banyak orang
yang belum tentu seberuntung yang saya dapatkan. Begitu banyak pelajaran yang
saya dapatkan dan bisa menjadi pelajaran berharga buat hidup saya
kedepannya.
II.
SARAN
Saya
menyarankan untuk diri saya sendiri dan kami sebagai peserta yang mengikuti
kegiatan live in ini. Dari kegiatan live in ini ada banyak
pelajaran berharga yang saya petik. Saya akan lebih bersyukur atas apa yang
telah diberikan oleh Allah dan orang tua, tak lupa untuk terus berusa menggapai
cita-cita yang diinginkan.
Saya
memberikan saran untuk adik kelas atau anak didik baru Daar En Nisa agar lebih
menjaga kesehatannya dan memilah makanan yang disajikan kepada masyarakat agar
makanan yang kalian buat tidak sia-sia dan tidak terjadi apa yang saya alami.
Saya
menyarankan kepada pihak sekolah, agar kegiatan live in ini tidak
berhenti sampai disini saja. Artinya, supaya kegiatan live in ini
berlanjut ke generasi berikutnya. Dan kalau bisa waktunya bisa ditambahkan
sedikit supaya yang mengikuti kegiatan live
in ini menjadi lebih tahu tentang arti kehidupan di desa yang sesungguhnya.
Dan
yang terakhir, saya menyarankan untuk masyarakat yang akan dikunjungi oleh
siswi telah mempersiapkan kegiatan apa atau pekerjaan yang akan dilakukan oleh
siswa di rumah masyarakat tersebut. Agar siswi tidak diam saja dirumah yang
dikunjungi.
0 komentar:
Posting Komentar